Minggu, 05 Oktober 2014
Nasihat para ulama terdahulu tentang pentingnya mempelajari Fikh (Syari’at) dan Tasawuf (Jalan sufi menuju Ma'rifat)
1. Imam Abu Hanifa/ Imam Hanafi (Pendiri Mazhab Hanafi) (81-150 H./700-767 M)
Dalam Ad-Durr al-Mukhtar, vol 1. p. 43 bahwa: Ibn ‘Abideen said, seorang sufi, yang mendapatkan ilmu lahir dan batin dari Imam Abu Hanifa (r), yang mendukung jalan Sufi.” Imam sebelum meninggal berkata: “Jika tidak karena dua tahun, saya telah celaka. Karena dua tahun saya bersama Sayyidina Ja’far as-Sadiq dan mendapatkan ilmu spiritual yang membuat saya lebih mengetahuijalan yang benar”. Itulah dua tahun bersama Ja’far as-Sadiq”.
2. Imam Malik (Pendiri Mazhab Maliki) (94-179 H./716-795 M)
Imam Malik (r): (Barangsiapa mempelajari/mengamalkan tasawuf tanpa fikh maka dia telah zindik, dan barangsiapa mempelajari fikh tanpa tasawuf dia tersesat, dan siapa yang mempelari tasawuf dan fikh dia meraih kebenaran).” (dalam buku ‘Ali al-Adawi dari keteranganImam Abil-Hassan, ulama fikh, vol. 2, p. 195)
3. Imam Shafi’i (Pendiri Mazhab Shafi’i) (150-205 H./767-820 M)
Imam Shafi’i : ”Saya bersama orang sufi dan aku menerima 3 ilmu:
- Mereka mengajariku bagaimana berbicara.
- Mereka mengajariku bagaimana meperlakukan orang dengan kasih dan hati lembut.
- Mereka membimbingku ke dalam jalan tasawuf. (Riwayat dari kitab Kasyf al-Khafa dan Muzid al Albas, Imam ‘Ajluni, juz. 1, hal. 341)
Nasihat Imam Asy-Syafi'I Rohimalloh :
“Berusahalah engkau menjadi seorang yang mempelajari ilmu fiqih & juga menjalani tasawuf, & janganlah kau hanya mengambil salah satunya. Sesungguhnya demi Allah saya benar-benar ingin memberikan nasehat padamu. Orang yang hanya mempelajari ilmu fiqih tapi tidak mau menjalani tasawuf, maka hatinya tidak dapat merasakan kelazatan taqwa. Sedangkan orang yang hanya menjalani tasawwuf tapi tidak mau mempelajari ilmu fiqih, maka bagaimana bisa dia menjadi baik”. [Diwan Al-Imam Asy-Syafi'i, hal. 47]
4. Imam Ahmad bin Hanbal (Pendiri Mazhab Hambali) (164-241 H./780-855 M)
Imam Ahmad (r): (Anakku jika kamu harus duduk bersama orang-orang sufi, karena mereka adalah mata air ilmu dan mereka tetap mengingat Allah dalam hati mereka. Mereka orang-orang zuhud dan mereka memiliki kekuatan spiritual yang tertinggi,” (Tanwir al-Qulub, p. 405, Shaikh Amin al-Kurdi)
Imam Ahmad (r) tentang Sufi:”Aku tidak melihat orang yang lebih baik dari mereka” ( Ghiza al-Albab, vol. 1, p. 120)
5. Imam Ghazali (450-505 H./1058-1111 M)
Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi’I dikenal dengan nama Imam al Ghazali lahir tahun 450 H/1058 M di propinsi Khurasan Irak. Beliau mempunyai daya ingat yang kuat dan bijak dalam berhujjah sehingga digelar sebagai hujjatul Islam. Diantara banyak karya tasawuf yang beliau karang yang sangat terkenal sampai sekarang adalah Ihya Ulumuddin (Kebangkitan ilmu-ilmu Agama).
Imam Ghazali, tentang tasawuf : “Saya tahu dengan benar bahwa para Sufi adalah para pencari jalan Allah, dan bahwa mereka melakukan yang terbaik, dan jalan mereka adalah jalan terbaik, dan akhlak mereka paling suci. Mereka membersihkan hati mereka dari selain Allah dan mereka menjadikan sebagai jalan bagi sungai untuk mengalirnya kehadiran Ilahi [al-Munqidh min ad-dalal, p. 131].
Pendapat Imam Al Ghazali Tentang Pentingnya Mencari Syekh Mursyid sebagai pembimbing: “Di antara hal yang wajib bagi para salik yang menempuh jalan kebenaran adalah bahwa dia harus mempunyai seorang Mursyid dan pendidikan spiritual yang dapat memberinya petunjuk dalam perjalanannya, serta melenyapkan akhlak yang tercela”. “Bergabung dengan kalangan sufi adalah fardhu ‘ain. Sebab tidak seorangpun terbebas dari aib dan kesalahan kecuali para Nabi”. (Imam Al-Ghazali)
6. Imam Nawawi (620-676 H./1223-1278 M)
Dalam suratnya al-Maqasid: “Ciri jalan sufi ada 5 : menjaga kehadiran Allah dalam hati pada waktu ramai dan sendiri mengikuti Sunah Rasul dengan perbuatan dan kata menghindari ketergantungan kepada orang lain bersyukur pada pemberian Allah meski sedikit selalu merujuk masalah kepada Allah swt [Maqasid at-Tawhid,p. 20]
7. Kanjeng Sunan Kalijaga diperkirakan lahir pada tahun 1450 dengan nama Raden Said berpendapat melalui pagelaran wayang kulit sebagai media dakwah dengan lakon “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu” Ma'rifat merupakan ajaran kebijaksanaan dan kebajikan yang harus dimiliki manusia untuk merubah keburukan mencapai kemuliaan dunia akhirat yang menekankan sifat amar ma’ruf nahi munkar, sifat memimpin dengan amanah dan mau berkorban demi kepentingan rakyat. Di ibaratkan kalau manusia Raksasa penebar Angkara murka dan kejahatan kalau mewiridkan amalan ma'rifat atau diruwat Batara (maha Guru) akan berubah menjadi manusia Mulia.
8. Kemudian dikatakan Syaik Nabbani dalam kitab Sa’adatud Daroini yang berisi mengupas keutamaan sholawat:
“AGROBUT TURUQI ILLALLAH FI AKHIRI ZAMANI KATSROTUL ISTIQFAR WA SHOLAWATUL ‘ALANNABIY”
“Jalan yang paling dekat (menuju) kepada Allah pada akhir zaman, khususnya bagi orang-orang yang banyak dosa, adalah memperbanyak istiqhfar dan membaca sholawat kepada Nabi SAW”
Sependapat oleh Syekh Hasan Al-Adawi di dalam kitab “Dailul Khoiror” yang kemudian dibenarkan dan dan didukung oleh para Ulama Shufi lainya yaitu sebagai berikut:
”Sesungguhnya membaca Shalawat kepada Nabi SAW itu bisa menerangi hati dan mewushulkan kepada Tuhan Dzat Yang Maha Mengetahui perkara ghaib.”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar