Senin, 27 Oktober 2014


shalawat nabi
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ’”





Kisah Ulama:
Hasan al-Bashri berkata, “Sungguh saya telah berjumpa dengan beberapa orang, mereka lebih bersungguh-sungguh dalam menjaga waktu daripada kesungguhan kalian untuk mendapatkan dinar dan dirham.” (Syarhus Sunnah, juz: 14).


Hammam bin al-Haris berdoa, “Ya Allah, cukupkanlah diriku dengan sedikit tidur dan anugerahkan kepadaku bangun malam dalam ketaatan.” (Sifatus Shafwah, 3:22). Mungkin doa yang dipanjatkan Hammam ini tidak pernah terpikirkan di benak kita, bagaimana seseorang bisa terpikir berdoa kepada Allah agar dicukupi dengan sedikit tidur demi memanfaatkan waktunya untuk beribadah kepada Allah. Kita lebih sering meminta agar tidur kita pulas dan nyenyak dan tidak jarang tertinggal shalat subuh di masjid.

Ibnu Aqil al-Hanbali mengisahkan perjalanannya menuntut ilmu dan fokus terhadap apa yang ia cita-citakan sehingga ia menjadi seorang ulama yang terpandang. Beliau mengatakan, “Tidak halal bagiku untuk menyia-nyiakan sesaat saja dari umurku, tatkala lisanku telah membaca dan berdiskusi, mataku lelah membaca, maka aku menggunakan pikiranku dalam keadaan beristirahat dan berbaring. Sehingga aku berdiri dalam keadaan ide-ide yang banyak dalam benakku lalu, aku tuangkan ide tersebut dalam tulisan. Aku dapati kesungguhanku dalam belajar lebih kuat saat aku berusia 80 tahun dibanding waktu aku berumur 20 tahun.” (al-Muntadzim fi Tarikhil Umam, juz: 9).

Amir bin Abdul Qais rahimahullah melewati orang-orang pemalas dan senang menganggur. Mereka duduk berbincang-bincang tanpa arah, lalu menyapa Amir dengan mengatakan, “Kemarilah, duduklah bersama kami.” Amir menjawab, “Tahanlah matahari agar ia tidak bergerak, baru saya akan bergabung duduk-duduk dan berkelakar bersama kalian.” (Shaidul Khatir).

Terkadang untuk mengisi waktu agar lebih bermanfaat, para ulama melakukan hal-hal yang tidak lazim, yang mungkin kita pandang aneh, namun hakikatnya adalah untuk menyempurnakan usia mereka agar lebih berkah dan bermanfaat setiap detiknya. Sebagian di antara ulama salaf mewasiatkan kepada teman-temannya, “Apabila kalian pulang dari tempatku ini, maka berpencarlah (jangan berjalan bersama-sama). Karena kalian bisa memanfaatkannya untuk membaca Alquran (dengan hafalan kalian ed.). apabila jalan bersama-sama, pasti kalian akan ngobrol.” (Shaidul Khatir).

Nafi’, pembantu Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma, ditanya, “Apa yang dilakukan Abdullah bin Umar di rumah bersama keluarganya?” Dia menjawab, “Berwudhu setiap (waktu) shalat dan di antaranya adalah mushaf.” (Zadul Muslim, juz:3). Mungkin ada yang bertanya, “Apakah Abdullah bin Umar tidak berkomunikasi dengan keluarganya, apakah beliau tidak membantu keluarga dan mencari nafkah?” Kita berprasangka baik, tentu orang seperti beliau memenuhi hak anak dan istrinya, namun di waktu-waktu sela, ia selalu membaca Alquran untuk memanfaatkan detik-detik usianya sehingga Nafi’ menilai beliau dengan kebiasaannya tersebut.

Para ulama salaf juga mengisi waktu mereka dengan ilmu dan amal bahkan ketika hendak meninggal dunia. Ibrahim bin al-Jarrah berkata, “Imam Abu Yusuf al-qadhi rahimahullah sedang sakit. Saya pun menjenguknya. Saat itu dia tidak sadarkan diri. Ketika terjaga, beliau lalu bersandar dan mengatakan, “Hai Ibrahim, bagaimana pendapatmu dalam masalah ini?” Saya menjawab, “Dalam kondisi seperti ini?” Dia mengatakan, “Tidak mengapa, kita terus belajar. Mudah-mudahan ada orang yang terselamatkan karena kita memecahkan masalah ini.” Lalu saya pulang, ketika baru sampai rumah, saya mendengar kabar bahwa beliau telah wafat.

Demikianlah para salafush shaleh, mereka memohon kepada Allah agar usia mereka penuh keberkahan dan membuktikannya dengan usaha yang serius agar waktu mereka adalah waktu yang bermanfaat. Mereka benar-benar fokus terhadap apa yang mereka cita-citakan dan berupaya semaksimal mungkin untuk mewujudkannya. Mereka juga memikirkan kepentingan orang lain dalam waktu-waktu sempit mereka. Semoga Allah merahamti mereka semua dan member taufik kepada kita untuk mencontoh mereka.

Senin, 20 Oktober 2014





Nabi Muhammad SAW adalah seorang manusia pilihan yang patut dicontoh dan diteladani dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Al-Qur’an beliau mendapatkan sebutan “Uswatun Hasanah” (suri tauladan yang baik). Sedikit demi sedikit Nabi Muhammad SAW membangun masyarakat dengan cara menanamkan akhlak mulia dan beriman hanya kepada Allah SWT. 

Hal tersebut terkait dengan misi beliau yang diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW yang Artinya “Sesungguhnya aku diutus Allah SWT, untuk menyempurnakan (memperbaiki) akhlak manusia”. (HR. Ahmad). Dengan keluhuran budi dan akhlak yang mulia, akhirnya beliau berhasil membawa amanah yang dititipkan oleh Allah SWT untuk mensyiarkan Islam ke seluruh penjuru dunia ini, guna memberi kabar gembira serta membawa keselamatan hidup bagi umat manusia di dunia dan bahkan sampai di akhirat kelak. Hal itu sangatlah bermanfaat bagi seluruh umat manusia dan makhluk lain penghuni alam semesta ini, sebagaimana firman Allah SWT yang artinya “Aku (Allah) tidak mengutus Kamu Muhammad, kecuali menjadi rahmat (membawa keselamatan) bagi sekalian manusia di alam ini.” (Q.S. Al Anbiya : 107)

Sabtu, 11 Oktober 2014





dekat dengan Allah SWT

Setiap manusia menginginkan kebahagian yang Abadi didunia maupun di akherat>kemewahan duniawi yang diperolehnya ternyata belum mampu memberikannya kebahagiaan yang Abadi.Ada kebahagiaan yang tak mampu disandingkan dengankemewahan duniawi yaitu kedekatan kepada Allah dan selalu merasa dekat, merasa diawasi, hingga apapun yang kita lakukan menjadi terkontroldan memiliki nilai positif dipandangan Allah SWT.Jika kita terkadang merasa diabaikan manakala sulit mencari telinga yang mampu menampung segala resah dan masalah yang sedang dialami, maka sesungguhnya telinga Allah akan selalu ada dan setiap saat mendengar keluh kesah hambaNYA.karena fitrah manusia adalah berkeluh kesah dan sebaik-baik berkeluh kesah hanyalah pada Allah SWT dan Allah SWT takkan pernah bosan mendengarkan hambaNYA yang meminta sebanyak apapun,

seperti firman Allah SWT

بيسميلاهيراهمانيراهيم

" Allah adalah Tuhan yang yang bergantung kepada-NYA segala sesuatu " (QS Al-Ikhlas, 112 : 2)

" Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan " (QS Al-Fatihah, 1 : 5)

Allah adalah tempat meminta segala sesuatu.Allah justru akan benci kepada hamba-NYA yang tak pernah meminta, karena termasuk kedalam hamba yang sombong. Karena sejatinya manusia tak mampu berbuat apa-apa melainkan karena kekuatan dari Allah SWT.
Jikakalau do'a kita belum dikabulkan, sebaiknya kita harus berprasangka baik (su'udzhon) kepadaNYA. Bisa jadi do'a tersebut tak baik untuk kita atau belum saatnya atau mungkin disimpan untuk di akherat kelak dan akan berbuah pahala. Senantiasa kita harus meyakini bahwa segala do'a yang kita Panjatkan akan di ijabah oleh Allah SWT, jika kita mengerti dan berprasangka baik kepadaNYA, InsyaAllah yakinlah bahwa Allah SWT begitu dekat dengan kita,

seperti FirmanNYA :

بيسميلاهيراهمانيراهيم

" Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada-ku, maka hendaklahmereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. " (QS Al-baqarah, 2 : 186)

Ayat diatas menjelaskan kedekatan Allah dengan hambaNYA merupakan kedekatan yang sinergis, kedeketan yang aplikatif, tidak kedekatan yang hampa dan kosong, karena kedeketan ini terkait erat dengan amal shalilh yang ditunjukkkan oleh seorang hamba setiap harinya.Ungkapan lembut Allah " sesungguhnya Aku Dekat " merupakan komitmen allah SWT untuk senantiasa dekat dengan HambaNYA, kapanpun dan dimanapun mereka berada.Terlebih hamba_NYA melakukan pendekatan yang lebih intens dengan berbagai amal ke shalihan yang mendekat diri mereka lebih dekatdengan Rabb-nya.
Kasih sayang Allah begitu terasa, walaupun ketika kita dalam keadaan sulit sekalipun. Karena allah tak ingin kita lemah jika hanya memberikan kita kesenangan dan kemudahan dan Allah tak inginkan kita terus menerus berurai airmata tanpa diselingi kebahagiaan yang akhirnya kita memperoleh tanda " SYUKUR dan SABAR " dan tetap Istiqomah dalam menjalankan segala kehidupan di dunia ini.

Jumat, 10 Oktober 2014



Soal ilmu agama tak usah ditanya
aku selalu mengumbar syiar-syiar penuh dusta
imanku hanya disini, tapi disana
diluar malah aku tunjukkan tingkah kekafiran

Soal perbuatan baik buruk begitu paham
aku pun tak buta akan adanya surga neraka
namun hatiku penuh kemunafikan
Tuhan saja aku lalai atau pura-pura tak tahu

Kian dalam ku resapi
kian hina ku rasakan diri ini
relakah Engkau dengan keadaan ku yang seperti ini

Ibadah ku masih pas-pasan
maksiat masih saja dijalankan
ibadah sunnah malas dikerjakan
hal kebaikan sedikit sekali diamalkan
hal tidak bermanfaat justru menjadi kebiasaan
hal buruk masih saja dilakukan

Bagaiamana ini?
masa harus selalu begini?
apa maksudnya ini?
ujian yang seperti apa ini?

Kian hari ibadah ku kian terpuruk
disaat iman sedang terpuruk
kenapa jalan keburukan semakin banyak muncul?

Ya Rabb......
Aku tak ingin lepas dari genggaman-Mu
jangan Engkau lepaskan aku
aku tetap ingin di samping-Mu

Ya Rabb....
Terkadang aku iri dengan orang itu
kenapa jalan hidup mereka terlihat begitu mudahnya
mudah dalam menuntut ilmu
mudah dalam membuktikan kecintaannya kepada-Mu
tapi kenapa perjuanganku terasa susah melulu.......

Oh tidak.... celakalah aku
jangan sampai Engkau bilang kalau Engkau sedang melantarkanku
Celakalah aku jika Engkau sama sekali tidak melirikku
bagaimana mungkin aku bisa singgah dan bercengkrama dengan-Mu
sedangkan Engkau melirikku pun tidak
kepada siapa lagi ku harus mengadu?

Ya Rabb....
Ku ingin selalu dalam penjagaan-Mu
tamparlah aku jika menyalahi aturan-Mu
bimbinglah aku jika salah dalam mentaati-Mu
gandenglah tanganku agar tidak tersesat dari jalan pulang menuju-Mu

Minggu, 05 Oktober 2014





Nasihat para ulama terdahulu tentang pentingnya mempelajari Fikh (Syari’at) dan Tasawuf (Jalan sufi menuju Ma'rifat)
1. Imam Abu Hanifa/ Imam Hanafi (Pendiri Mazhab Hanafi) (81-150 H./700-767 M)
Dalam Ad-Durr al-Mukhtar, vol 1. p. 43 bahwa: Ibn ‘Abideen said, seorang sufi, yang mendapatkan ilmu lahir dan batin dari Imam Abu Hanifa (r), yang mendukung jalan Sufi.” Imam sebelum meninggal berkata: “Jika tidak karena dua tahun, saya telah celaka. Karena dua tahun saya bersama Sayyidina Ja’far as-Sadiq dan mendapatkan ilmu spiritual yang membuat saya lebih mengetahuijalan yang benar”. Itulah dua tahun bersama Ja’far as-Sadiq”.
2. Imam Malik (Pendiri Mazhab Maliki) (94-179 H./716-795 M)
Imam Malik (r): (Barangsiapa mempelajari/mengamalkan tasawuf tanpa fikh maka dia telah zindik, dan barangsiapa mempelajari fikh tanpa tasawuf dia tersesat, dan siapa yang mempelari tasawuf dan fikh dia meraih kebenaran).” (dalam buku ‘Ali al-Adawi dari keteranganImam Abil-Hassan, ulama fikh, vol. 2, p. 195)
3. Imam Shafi’i (Pendiri Mazhab Shafi’i) (150-205 H./767-820 M)
Imam Shafi’i : ”Saya bersama orang sufi dan aku menerima 3 ilmu:
- Mereka mengajariku bagaimana berbicara.
- Mereka mengajariku bagaimana meperlakukan orang dengan kasih dan hati lembut.
- Mereka membimbingku ke dalam jalan tasawuf. (Riwayat dari kitab Kasyf al-Khafa dan Muzid al Albas, Imam ‘Ajluni, juz. 1, hal. 341)
Nasihat Imam Asy-Syafi'I Rohimalloh :
“Berusahalah engkau menjadi seorang yang mempelajari ilmu fiqih & juga menjalani tasawuf, & janganlah kau hanya mengambil salah satunya. Sesungguhnya demi Allah saya benar-benar ingin memberikan nasehat padamu. Orang yang hanya mempelajari ilmu fiqih tapi tidak mau menjalani tasawuf, maka hatinya tidak dapat merasakan kelazatan taqwa. Sedangkan orang yang hanya menjalani tasawwuf tapi tidak mau mempelajari ilmu fiqih, maka bagaimana bisa dia menjadi baik”. [Diwan Al-Imam Asy-Syafi'i, hal. 47]
4. Imam Ahmad bin Hanbal (Pendiri Mazhab Hambali) (164-241 H./780-855 M)
Imam Ahmad (r): (Anakku jika kamu harus duduk bersama orang-orang sufi, karena mereka adalah mata air ilmu dan mereka tetap mengingat Allah dalam hati mereka. Mereka orang-orang zuhud dan mereka memiliki kekuatan spiritual yang tertinggi,” (Tanwir al-Qulub, p. 405, Shaikh Amin al-Kurdi)
Imam Ahmad (r) tentang Sufi:”Aku tidak melihat orang yang lebih baik dari mereka” ( Ghiza al-Albab, vol. 1, p. 120)
5. Imam Ghazali (450-505 H./1058-1111 M)
Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi’I dikenal dengan nama Imam al Ghazali lahir tahun 450 H/1058 M di propinsi Khurasan Irak. Beliau mempunyai daya ingat yang kuat dan bijak dalam berhujjah sehingga digelar sebagai hujjatul Islam. Diantara banyak karya tasawuf yang beliau karang yang sangat terkenal sampai sekarang adalah Ihya Ulumuddin (Kebangkitan ilmu-ilmu Agama).
Imam Ghazali, tentang tasawuf : “Saya tahu dengan benar bahwa para Sufi adalah para pencari jalan Allah, dan bahwa mereka melakukan yang terbaik, dan jalan mereka adalah jalan terbaik, dan akhlak mereka paling suci. Mereka membersihkan hati mereka dari selain Allah dan mereka menjadikan sebagai jalan bagi sungai untuk mengalirnya kehadiran Ilahi [al-Munqidh min ad-dalal, p. 131].
Pendapat Imam Al Ghazali Tentang Pentingnya Mencari Syekh Mursyid sebagai pembimbing: “Di antara hal yang wajib bagi para salik yang menempuh jalan kebenaran adalah bahwa dia harus mempunyai seorang Mursyid dan pendidikan spiritual yang dapat memberinya petunjuk dalam perjalanannya, serta melenyapkan akhlak yang tercela”. “Bergabung dengan kalangan sufi adalah fardhu ‘ain. Sebab tidak seorangpun terbebas dari aib dan kesalahan kecuali para Nabi”. (Imam Al-Ghazali)
6. Imam Nawawi (620-676 H./1223-1278 M)
Dalam suratnya al-Maqasid: “Ciri jalan sufi ada 5 : menjaga kehadiran Allah dalam hati pada waktu ramai dan sendiri mengikuti Sunah Rasul dengan perbuatan dan kata menghindari ketergantungan kepada orang lain bersyukur pada pemberian Allah meski sedikit selalu merujuk masalah kepada Allah swt [Maqasid at-Tawhid,p. 20]
7. Kanjeng Sunan Kalijaga diperkirakan lahir pada tahun 1450 dengan nama Raden Said berpendapat melalui pagelaran wayang kulit sebagai media dakwah dengan lakon “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu” Ma'rifat merupakan ajaran kebijaksanaan dan kebajikan yang harus dimiliki manusia untuk merubah keburukan mencapai kemuliaan dunia akhirat yang menekankan sifat amar ma’ruf nahi munkar, sifat memimpin dengan amanah dan mau berkorban demi kepentingan rakyat. Di ibaratkan kalau manusia Raksasa penebar Angkara murka dan kejahatan kalau mewiridkan amalan ma'rifat atau diruwat Batara (maha Guru) akan berubah menjadi manusia Mulia.
8. Kemudian dikatakan Syaik Nabbani dalam kitab Sa’adatud Daroini yang berisi mengupas keutamaan sholawat:
“AGROBUT TURUQI ILLALLAH FI AKHIRI ZAMANI KATSROTUL ISTIQFAR WA SHOLAWATUL ‘ALANNABIY”
“Jalan yang paling dekat (menuju) kepada Allah pada akhir zaman, khususnya bagi orang-orang yang banyak dosa, adalah memperbanyak istiqhfar dan membaca sholawat kepada Nabi SAW”
Sependapat oleh Syekh Hasan Al-Adawi di dalam kitab “Dailul Khoiror” yang kemudian dibenarkan dan dan didukung oleh para Ulama Shufi lainya yaitu sebagai berikut:
”Sesungguhnya membaca Shalawat kepada Nabi SAW itu bisa menerangi hati dan mewushulkan kepada Tuhan Dzat Yang Maha Mengetahui perkara ghaib.”

Sabtu, 04 Oktober 2014




Si Mamas lagi manjat pohon kelapa tiba2 jatuh Gedebuk!! ,meliat gitu adiknya teriak:
"Buuuuuu,, ada Mas jatuh dari pohon kelapaaa !!"
"Brapa karat ,Nak?"
"Sekarat ,Buuuu.. !